25Writing - Bagaimana
bisa hidup di 80 negara sambil mendapatkan uang? Itulah yang dialami Derek Earl
Baron, 37 tahun. Ia berpindah dari satu negara ke negara lainnya dengan mudah,
bukan sebagai turis, tetapi jalan-jalan sambil bekerja. Enaknya profesi itu
membuat Baron betah menjalaninya. Tak terasa sudah 14 tahun dan ia masih belum
mau berhenti. Inilah kisah seorang "nomaden" yang sukses.
Zaman dulu
istilah nomaden disematkan pada sekelompok orang yang memilih hidup
berpindah-pindah sambil mengejar binatang buruan. Saat ini tak ada lagi
kelompok nomaden. Di zaman modern, nomaden lebih tepat diberikan pada
orang-orang yang memilih hidup tak memiliki rumah, tetapi bisa leluasa
berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain. Perkembangan teknologi
membuat orang di kelompok ini menemukan kehidupannya yang nyaman. Itulah yang
dialami Baron.
Rencana Tiga BulanSetelah lulus dari college, tepat di hari Natal tahun 1999 Baron berangkat dari Boston, AS, menuju Bangkok, Thailand. Rencananya ia akan berlibur di Asia Tenggara untuk jangka waktu tiga bulan. Meski uang di rekeningnya hanya US$1500, ia yakin bisa hidup dengan mengambil pekerjaan tak resmi sebagai guru bahasa Inggris untuk menyambung hidup. Sejumlah teman sudah melakukannya. Usai menjalani liburan itu ia rencananya ia akan meniti karier di bidang sport management di AS.
Ketika Ia di Malaysia |
“Tetapi hanya dalam waktu seminggu, begitu banyak peristiwa yang saya alami. Ini mengubah segalanya. Saya putuskan tak akan balik,” katanya. Ternyata selama jalan-jalan itu ia menemukan berbagai peluang untuk mencari uang. Mungkin karena kondisi keuangannya minim, maka nalurinya justru menjadi peka untuk menemukan segala peluang dan kesempatan.Mendapat kerja di Thailand
Tetapi niat
menjadi guru bahasa Inggris tak secepatnya ia dapat. Setelah pesta tahun baru
di Bangkok, ia pergi ke negara lain hingga ke Bali. Maret 2000, ia kembali ke
Thailand. Saat itu bekal di rekeningnya tinggal US$500. Tak bisa tidak, ia
harus mencari pekerjaan untuk menyambung hidup. Dari situlah ia bertemu
seseorang yang menawarinya pekerjaan sebagai guru Bahasa Inggris di Chiang Mai.
Gajinya US$150 seminggu. Bayaran itu cukup memadai untuk bisa hidup layak.
Pekerjaan tersebut ia jalani hingga Oktober 2000.
Pulang Ke
Rumah
Kangen ke
rumah, ia pulang pada bulan itu. Tabungannya memang hanya tersisa US$300. Tapi
ia sudah mengantongi tiket pulang. Sampai di Boston, Baron jadi guru SMA
pengganti sementara yang ia jalani selama tiga bulan. Lumayan, profesi itu
membuatnya kembali bisa menabung.
Dengan bekal
tabungan yang hanya cukup untuk tiket perjalanan, ia kembali berkelana di Asia
Tenggara. Pada periode ini ia bisa jalan-jalan dari Thailand, Birma (Myanmar),
India, Malaysia, Singapura, Indonesia, dan Australia. Perjalanan itu nyaris
gratis karena selama perjalanan itu ia justru mendapat bayaran. Ketika sampai
di India, ia mencari orang yang mau menampungnya dan sebagai imbalannya ia
mengajarkan bahasa Inggris. Tiga bulan di India, ia kembali ke Chiang Mai
sambil jadi guru bahasa Inggris. Tetapi menjadi guru bahasa Inggris, ia sadari,
hanya cukup untuk bisa tinggal dan menabung sedikit.
Kapal Pesiar
Setelah
kembali ke Boston di awal tahun 2002, Baron melamar untuk bekerja di kapal
pesiar sebagai staf tour dan berkeliling ke sejumlah negara. Profesi itu ia
jalani selama delapan bulan. Hidup di kapal membuat ia bisa menabung hingga
memiliki uang US$8000. Karena penghasilannya lumayan, ia memperpanjang kontrak
untuk empat bulan kemudian.
Bekerja di
kapal pesiar terus ia jalankan meski harus ia jalani dari satu kapal pesiar ke
kapal pesiar lainnya. Sebagai pemandu wisata, Baron berkesempatan mengunjungi
berbagai kota wisata di dunia, hingga lebih dari 50 negara.
Menjual
E-Book hingga Travelblogger
Tahun 2009,
ia mulai membuat tips bagaimana jalan-jalan ke sejumlah negara dengan biaya
murah. Dengan pengalamannya yang luas, informasi ia kumpulkan dalam eBook. Pada
Juni 2009, ia meraih pendapatan US$1000/bulan untuk pertama kalinya dari
menjual eBook. Pendapatan itu mendorongnya untuk terus mengembangkan kariernya
sebagai penulis perjalanan wisata dan berbagi tips yang berguna. Rupanya buku
tak memadai untuk memuat segala informasi yang ia dapatkan dari waktu ke waktu.
Pada saat itulah ia mulai membuat blog. Blog bernama WanderingEarl.com
diluncurkan Desember 2009.
Kini blog
tersebut menjadi jendelanya memperkenalkan hasil perjalanannya ke seluruh
dunia. Dari sana pula tergambar bahwa hidup Baron tak bergantung pada satu
profesi. Untuk mendapatkan uang ia telah menjalani 10 jenis profesi mulai dari
guru bahasa Inggris, pemandu wisata, sampai online marketing. Profesi yang
dijalaninya bukan profesi tetap. Bagi kebanyakan orang, menjalani profesi
demikian bukanlah pilihan. Tetapi bagi Baron, dengan kondisi seperti itu ia
justru lebih sigap mencari aneka peluang. Akibatnya, pendapatannya tinggi.
Dibanding dengan temannya yang dulu memilih bekerja di sebuah perusahaan di AS,
pendapatan yang diraih Baron berkali lipat dari mereka.
Selain itu, ia bisa mengunjungi hingga 88 negara dalam tempo 14 tahun. Kini Baron menjadi salah satu travelblogger terkenal yang kisah perjalanannya ditunggu pembacanya, karena selain melihat foto-foto daerah wisata yang pernah dikunjunginya (yang bisa dijadikan referensi) ada banyak kiat praktis yang sangat membantu. Bagi Baron blog itu juga menjadi tempat jualannya.
Itulah Derek
Earl Baron. Profesinya unik. Ia bahkan tak punya rumah. Tapi ia bangga disebut
nomaden. Tapi kesimpulannya, admin hanya ingin mengatakan bahwa bahwa untuk menjadi sukses tidak perlu harus menjadi pejabat atau profesi ahli lain nya yang penting dalam diri kita niat dan usaha harus ada maka kita bisa menghasilkan sesuatu yang berguna. Baik,terima kasih telah berkunjung, selamat pagi . 25Writing*
kalau keluar negeri sambil jadi guru bahasa Indonesia ada yang nerima ga ya :D
ReplyDeleteasal kamu tau , guru b.indonesia di luar negeri khusus nya Australia dan Amerika byk dicari ... tapi pemerintah negara mereka mencari nya byk lwt beasiswa . Dan kalau pun emg mau sendiri , kamu bisa kok ngajar disana alias magang :D
Delete